window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag('js', new Date()); gtag('config', 'UA-189082879-1'); TULISANKU: Kolom cermin- aku lelakimu
Tampilkan postingan dengan label Kolom cermin- aku lelakimu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kolom cermin- aku lelakimu. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 Desember 2021

KOLOM CERMIN [Cerita Mini]

 AKU LELAKIMU

Oleh : Papafrenk

Gelap, Mudah Marah, Suasana, Kreatif
 
 
 
" Mas, kamu kenapa  ga' mau balas chatku. Kamu sehat kan mas " Dalam chatmu.
"Aku sehat " Balasku melalui hati.
Seiring kelopak mata yang menghangat.
Dan butiran air bening yang menetes.

Sengaja aku ga' angkat saat kau menelepon. Chatmu juga aku ga' balas. Biarkan saja. Aku ga' mau mengganggu kamu yang sudah bahagia disana. Aku khawatir kalau kita sampai ada komunikasi lagi, entah gimana. Sebab itu lebih baik tidak usah ada kabar sekalipun.Yang terpenting kita sama-sama sehat. Aku ga' mau terus mengeluh. Selalu kuhindari segala apapun yang tentangmu. Agar aku tetap tegar. Kau menyembunyikan kebahagiaan yang seharusnya masih kita jalani. Kau melangkah yang bukan arahmu. Entah apa rencanamu. Jikalau hati damai yang kau cari?  Bukankah saat denganku kau merasakan itu!

Pagi ini seperti biasa matahari panas membangunkan ku dari bilah jendela yang sedikit terbuka.
Ku sambut aromanya. Ku ciumi pucuk pucuk mawar. Ku peluk bias pelangi tanpa warna. Sekejap riangku sirna. Mana kopiku. Mana sarapanku.Kemana kamu. (Melakoni ketiadaanmu yang sudah pergi). Hahaha... Beberapa minggu ini 'kan aku sendiri. Makan sendiri. Bikin kopi sendiri. Dudukpun sendiri.
Di sebelah sana ada kursi yang biasa kau singgahi untuk sekedar berbincang denganku.
" Mas..." Begitu sapaanmu.
Sekarang sudah tidak ada lagi mas atau apapun menyapaku. Paling tukang warung sebelah yang mengantarkan nasi pesananku. Aku belum terbiasa tanpamu. Masih selalu menganggapmu ada disini.
Hatiku menangis jika ingat itu semua. Ga' kuat rasanya. Padahal aku laki laki.Yaahh,,, mau di kata apa. Kenyataannya memang seperti ini.

Sengaja tak ada yang ku ubah dari tata letak kamarku. Biar saja seperti semula. Semua barang peninggalanmu tetap berada pada posisi awal. Satu persatu ku jelajahi. Perih memang, tapi terlebih aku hanya ingin menghormati kepergianmu yang sangat tiba tiba. Hingga akhirnya nanti aku terbiasa dan benar benar bisa melupakanmu. Mungkin saja kau kembali. Meskipun takkan mungkin.
Harum aroma parfummu masih terasa di hidungku. Lekat sekali. Senyum manismu di cermin masih tergores di kala pagi saat kau berdandan bersiap berangkat kerja. Apalagi yang ku ingat dari dirimu. Semua. Ya semua. Tidurmu yang selalu lebih awal dariku. Sampai gayamu aku hafal.
Secara kita hidup bersama sudah lebih dari 5 tahun. Masa iya aku ga' tahu.

Sampai akhirnya kau memilih pergi dariku. Kau putuskan secara spontan.
" Mas, aku minta cerai dari kamu."
Astagfirullah.... Sontak hatiku kaget bukan kepalang. Ini apa sebenarnya, ada apa sih. Ku tengok langit, cerah cerah saja. Tidak hujan. Lalu kenapa kamu berkata seperti itu.
Wahai wanitaku,,, apa yang sedang kau inginkan? Apa yang akan kau lakukan! Permainan apa ini. Sungguh aku ta kmengerti.

Bak di sambar petir aku mendengarnya. Tapi aku mencoba tenang. Beberapa saat kemudian aku minta
penjelasan padanya. Dan keluarlah jawaban yang tetap tidak mengenakan telinga.
"Aku sudah tidak mau lagi sama kamu mas."
Jujur. Aku masih belum mengerti. Apa sih yang kamu bawa dari kampung sana! Hingga kau berubah! Apa...!? Pekikku dalam hati.
Seminggu kamu di kampung,  datang ke jakarta tiba-tiba minta cerai.
" Maafkan aku mas. Sebenarnya sebelum pulang kampung aku mau ngomong sama kamu, tapi takut kamu kepikiran."
Ahk bullshit...! Itu hanya bisa bisa kamu saja. Aku yakin pasti ada omongan lain dari keluargamu. Karena mereka tidak tahu kalau kita  sudah menikah. Walaupun hanya sirri.
Aku punya filling dan yakin pasti keluargamu ingin menjodohkanmu dengan laki laki lain disana. Begitu 'kan !
Baik ! Baik ! Kalau memang itu yang kamu inginkan!  Aku turuti. Tapi aku minta satu syarat. Silahkan kamu izin kepada orang tuaku dan selesaikan dulu urusan kita. Karena dulu kita menikah, orangtuaku yang urus semua! Setelah itu...! Pergilah kau jauh jauh.
Membatin sampai aku lepas kendali. Segala kebodohan telah terjadi pada diriku. Kata kata  makian semua sudah kulontarkan meskipun hanya dalam hati. Sesakit apapun hatiku. Tetap aku tak bisa bicara kasar dihadapan  wanita. Sebab ibuku seorang wanita, yang melahirkan dan membesarkanku. Makanya aku lepas kekesalan itu di depan cermin ketika malam saat kamu sudah tidur. Sambil sesekali air mataku menetes. Tuhan yang selalu ada untukku. Aku yakin semua akan berlalu dengan baik.

Malam semakin meninggi. Aku masih diam di sisi jendela kamar. Sesekali ku tatap fotomu di dinding kamar. Kau telah pergi. Ruangan ini sepi tanpamu.
Malam ini genap sebulan aku berjalan tanpamu. Entah sampai kapan rasa ini akan berakhir.
Resonansi hidupku seperti halnya kerbau yang di cucuk hidungnya.
 
"Aku tak menganggap dirimu salah.
Mungkin aku yang tak sanggup memberimu bahagia.
Disisi lain jangan lagi ada hati yang kau buat sakit.
Atau jangan kau yang disakiti.
Kau tak akan sanggup untuk menahan.
Biar aku saja yang rasakan.
Seperih apapun tetap akan aku jalani.
Selamat tinggal, semoga bahagia..."-masmu-
***
Jakarta, 31 juli '21 [Papafrenk]