SEMBILU [rindu itu]
PUISI BEBAS ROMAN
Tiap saat beradu padu.
Tiada damai seperti dulu.
Kemesraan hilang berganti sembilu.
Aku merana melihat kau diam.
Membisukan kata.
Menatappun tidak.
Sungguh aneh benar kurasakan.
Entah apa dan kenapa dirimu.
Sulit kutemukan senyum dari bibirmu.
Lelah diriku seperti ini.
Serasa terkucil diperaduan.
Aku laki-laki yang seharusnya menjadi imam.
Tapi mengapa engkau membalikkan semua.
Kau anggap aku tak berguna.
Dimatamu aku rendah dan hina.
Kau berkhikmad, bahwa kaulah yang selalu benar.
Aku yang salah.
Bersamamu aku lelah.
Disampingmu aku kalah.
Kini, hari -hari yang kulalui tanpa rasa.
Meski engkau ada.
Malam yang dulu syahdu.
Kini haru...
Aku kehilangan kendali.
Sulit untuk kembali.
Kau semakin tak perduli.
Apalagi di gauli.
Aku lelah denganmu.
*
Tanjung priok, 30-09-2020.
22;18 wib. Papafrenk
( erickdesta.blogspot.com)
HAMPA
Sepintas,
kau mirip langit sore yang baru saja hujan.
Adem, meresap di hati.
Dan sendu.
Sunyi..tak berpenghuni.
Bola matamu binar.
Memancar tak bermakna.
Tatapanmu hampa.
Langit kembali biru.
Wajahmu haru.
Mendung datang menderu.
Meraung tubuh membisu.
Kau nampak lelah dan lesu.
*
September,05,2020.papafrenk
TERTATIH
Mengunjungimu yang tak pernah ku jumpai sebelumnya.
Sebab tak ada musabab kunjunganku tak pernah sampai.
Tertatih menelusuri lembah dan bukit sedikit terjal.
Sulit, lirih kaki terjungkal.
Atap langit yang sebagian biru.
Sinar terang mengencang.
Peluhku mengalir bak sungai kecil yang deras airnya.
Berjalan lagi sampai di ujung rambutmu.
Terjal yang kian curam mengajakku tertatih.
*
papafrenk, lebaran kedua 2020 (1441H)JODOH
Kalau memang sudah jodoh
Kau tak perlu risau lagi
Biarlah berjalan seiring waktu
Tatap saja ke depan
Toh nanti kita akan menemukan asa
Persiapkan saja hari-hari kita
Menyongsong masai indah
Kelak kebahagian pasti terlihat
Wahai kekasih,
Aku bahagia bisa mencintaimu
Serasa berguna hidupku ini
Terimakasih sayang, engkau telah memberi waktu untukku.
*
Ancol,111219(07;22) papafrenk.
RINDU ITU SELALU KUNANTI
Mari berkhidmat.
Tentang rindu yang melanda.
Menjuntai awak angin di dedaunan.
Melambai pasrah.
Mencari jejak saat senyap.
Derai tetesan air dari payau.
Tak terhitung lagi.
Berapa jumlahnya.
Mungkin sejauh mata memandang.
Aku bak musyafir.
Menanti rindu tiba di pematang.
Adakala dunia terhimpit.
Oleh rindu berkalang penantian.
Camkan wahai sahabat.
Rindu yang kita punya.
Bukan sekedar bertanya.
Hilir ke hulu tujuan melangkah.
Mencari jejak seorang perindu.
Pergi dan datang tanpa arah.
Walau selalu menanti.
Titian hati yang sadar hakiki.
Ingat wahai sahabat !
Tentang rindu yang melanda.
Menjuntai awak angin di dedaunan.
Melambai pasrah.
Mencari jejak saat senyap.
Derai tetesan air dari payau.
Tak terhitung lagi.
Berapa jumlahnya.
Mungkin sejauh mata memandang.
Aku bak musyafir.
Menanti rindu tiba di pematang.
Adakala dunia terhimpit.
Oleh rindu berkalang penantian.
Camkan wahai sahabat.
Rindu yang kita punya.
Bukan sekedar bertanya.
Hilir ke hulu tujuan melangkah.
Mencari jejak seorang perindu.
Pergi dan datang tanpa arah.
Walau selalu menanti.
Titian hati yang sadar hakiki.
Ingat wahai sahabat !
Rindu itu selalu ku nanti.
*
Pademangan, 30 juli 20.
Papafrenk 22;31 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar