PUISI PROSAIS
Puisi Prosais adalah sebuah puisi yang tidak ditulis dalam bentuk format larik atau baris, akan tetapi lebih menggunakan paragraf. Puisi prosais berasal dari kata prosa yang berarti karangan bebas.
Foto by : Pixabay |
window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag('js', new Date()); gtag('config', 'UA-189082879-1');
Foto by : Pixabay |
Bersayap tapi tak terbang
Imajiku menatap langit malam
Awan semakin hitam
Bintang bersembunyi
Bulan tiada berseri
Hujan rintik lagi
Sementara diri tanpa busana
Kembali ke alam luar
Semakin sunyi
Semakin sepi
Dingin kian melekat
Tak kuasa menahan
HUJAN
Hujan pernah membuat aku kedinginan,
Di saat airnya jatuh membasahi bumi,
Dedaunan pun menggigil, tersapu angin
Hujan banyak menyimpan cerita,
Tentang kau dan aku,
Tentang dinginnya malam,
Tentang kau yang berlalu,
Hujan kini sama seperti dulu,
Sunyi dan dingin...
Hujan kini aku sendiri,
Di tengah derasnya airmu,
Hujan kini menjadi kenangan
PUISI PENDEK
Pagi ini udara dingin sekali,aku terbangun karna ingin pipis.menggigil sekali rasanya kena air.ku rebahkan lagi tubuhku di kasur yang alasnya sudah acak acakan.tapi tetap aku ta bisa tidur lagi.padahal aku masih ngantuk.
Akhirnya aku beranjak pergi ke dapur dan membuat secangkir kopi. Sambil ku tenteng kopi, ku buka kaca jendela kamar.
Wow,, indah sekali pemandangan di puncak ini. Ya memang aku sedang berada di puncak. Di sebuah vila, dimana peninggalan dari omku yang saat ini hijrah ke Australia.
Aku masih berdiri di depan jendela, pandanganku mulai samar oleh embun yang menempel di kaca jendela. Tanganku pelan menuliskan kata. Sebuah nama.DESTA ANJANI.
Yah ! Wanita itulah yang setahun lalu telah mengisi hari hariku. Dan wanita itu juga yang membuatku seperti terasing.
Apa kabarmu,dimana kamu sekarang,gumamku pada tulisan nama itu.
Ku hela nafas sambil duduk di kursi yang tak jauh dari jendela.
Sesekali ku teguk kopi yg baru ku buat.
Aromanya sungguh menggoda.
Gumpalan uapnya seolah mengajakku menari. Meliuk liuk di udara.
Selesai berpakaian dan siap berangkat, ku tengok hp yg sedari malam ku charge. Rupanya ada beberapa panggilan dan chat. Tak ku baca semua, hanya saja ku balas chat dari temanku Robby.
"Sorry bro agak telat"balasku dalam chat
Sampai di tempat tujuan, sebentar ku parkir motor langsung bergegas menuju
Tempat yang sudah di sepakati sebelumnya. Mana dia, ko ga ada, gumamku sambil menyebar pandang.
Tiba-tiba hp ku berbunyi. Aku di meja no 10 bro, kata isi dalam chatnya
Aku bergegas kesana, tp mengapa ada sesosok wanita di sampingnya. Bukankah kita hanya janji berdua bro, gumamku sambil berjalan ragu.
Sampai aku di depan meja. Aku terdiam, terpaku melihat wanita yang di samping temanku. Wanita itu ! Desisku dalam hati
"Woy bro,kenapa diam begitu, kaya baru lihat cewek cantik aja" ledek temanku mengagetkan.
"Ah ga bro," Sahutku sambil berfikir. Wanita ini mirip sekali dengan Desta Anjani.
"Sini duduk, kenalin ini Sastra...SASTRA ANJANI nama lengkapnya. Sastra ini anak fakultas bahasa dan sastra. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Bandung.
Dug ! Jantungku seperti mau copot mendengar nama belakangnya sama.
Setelah perkenalan itu, aku masih bingung dan ga percaya. Ko bisa ya ada manusia yang semirip itu. Nama belakangnya sama pula. Ya Tuhan cobaan apa lagi ini.
Hari sudah larut malam. Aku masih di sibukan dengan tulisanku. Menyelesaikan tugas lomba membuat cerpen. Karena lusa sudah harus di kirim, sementara separuhnya saja belum selesai.
Apalagi di tambah dengan hadirnya Sastra Anjani, wanita yang mirip dengan kekasihku dulu. Apakah memang dia itu Desta, atau mungkin hanya kebetulan saja wajah dan nama belakangnya sama. Karena setahun lalu yang aku tau Desta pamit padaku untuk melanjutkan kuliah di Surabaya, dan bukan ambil jurusan bahasa dan sastra. Ahh ! Entahlah.
Mataku mulai kunang kunang, pertanda mulai mengantuk. Ku raih bantal sambil merebahkan tubuh. Tapi sulit di pejamkan.
Tiba-tiba hpku berbunyi. Aku terperanjat ketika aku buka bahwa Sastra yang kirim pesan padaku. Dag dig dug jantungku sambil membaca isi chatnya.
"Selamat malam Jhon, sudah tidurkah dirimu ? " katanya dalam isi chat itu.
Aku ga langsung balas, tapi aku pandangi terus kata-kata itu dan berulang-ulang aku baca. Dia chat lagi.
"Ko cuma di read sih, balas dong Jhon" Sambungnya.
"Iya, aku belum tidur. Aku masih mengerjakan tugas cerpen. Karena lusa sudah harus di kirim " .Balasku tidak percaya.
Tak terasa sudah pukul 03 dini hari kami berdua chatingan. Pantas saja udaranya semakin dingin. Tak terasa pula aku terlelap dalam kantukku.
Keesokan harinya aku bangun. langsung ku buka hp yg semalam aku chatingan. Ku cari-cari nama Sastra, namun tak ku dapati di folder chatku. Kemana isi chat itu? Kenapa tidak ada ? Apakah aku semalam bermimpi chatingan dengan dia?
Ah...bodohnya aku, rupanya semalam aku sedang bermimpi.SHIT !
Malam berikutnya aku masih sama dengan tugas cerpenku. Bedanya malam ini hanya tinggal endingnya saja. Sip, kelar langsung kirim via email. Masa iya mau di tolak lagi. 'Kan sudah prevate dengan guru cantik yang jebolan bahasa dan sastra. Aku meyakini diriku.
3 panggilan tak terjawab. Robby menelpon ketika aku sedang menyeduh kopi di dapur.
"Kenapa bro,,, 'n ada apa ? Sorry aku baru dari belakang " Tanyaku telpon balik.
Robby mengingatkan bahwa besok pagi, hari terakhir cerpen harus di kirim.
"Asiiap mas bro, cerpen sudah selesai, siap di kirim kok" kataku sambil menyeruput kopi.
Karena Sastra tidak mau cerpenku di tolak lagi ? Ko tau ya... Pasti ini semua Robby yang bicara. Sudahlah, biar saja.
Cerpen sudah selesai aku kirim. Hari berikutnya aku mendapat balasan email dari panitia bahwa cerpenku menduduki peringkat pertama di lounchingnya majalah remaja edisi perdana. Uhhuuuyy (spontan).
Aku semakin giat membuat cerpen. Apalagi dapat dukungan dari wanita cantik yang aku sukai.
Mantap! Pagi ini aku mendapatkan 2 tema cerpen sekaligus. Yang pasti bercerita tentang dia dong. Berkenalan lalu berpacaran. Hayalku tinggi.
Aiiihhh... Lagi lagi hp ku berbunyi, pasti Robby lagi. Malas aku membuka chatnya.
Lho kok malah memanggil. Ku tengok layar hpku, ternyata SASTRA yang menelponku.
Baru di omongin eh tau-tau nongol.
Aku tidak mau kecolongan yang kedua kali. Ku cubit pipiku. Sedang mimpikah aku. Auw sakit. Ternyata aku sedang tidak bermimpi.
"Walaikum salam... selamat sore, " jawabku cepat.
Sastra mengajakku untuk bertemu di sebuah cafe.
selesai aku mandi, ku dapati di hpku, Sastra men-share lok alamat cafe itu. Imajiku melayang lagi. Alamat cafenya sama, nama cafenya juga sama ? Apa jangan-jangan wanitanyapun sama?
Benarkah kamu Desta yang aku cari?
Benar-benar seperti mimpi lho. Aku seperti sedang janjian yang kedua kalinya di tempat yang sama dengan wanita yang sama pula.
Lagi-lagi 'ah'yang keluar dari mulutku. Tak taulah aku. Yang pasti aku datang dulu ke tempat itu. Cafe 'papa' nama cafe itu. Setahun yang lalu aku Dinner disana. Tepatnya sehari sebelum ia memutuskan untuk pergi dan kembali meneruskan kuliahnya.
Di sepanjang jalan pikiranku tak karuan. Antara percaya dan tidak. Karena jalannyapun ini dulu kami lewati.
Astagfirullah,,, ya Allah, Engkau maha besar, Engkau maha segalanya. Aamiin
Tiba di pelataran cafe. Belum ada yang berubah. Dekorasi cafe masih sama sperti dulu.
"Jhon..."tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku dari belakang.Ternyata Sastra Anjani, cerpenis pujaanku. Pede sekali aku.
Hmm... senyum itu dulu sering sekali hadir menyapaku. Ya senyumnya DESTA, bukan SASTRA. Ahh...kata itu lagi yang keluar.
Hampir 2 jam kami berada di cafe itu. Saling tanya dan saling jawab. Saling melempar senyum. Tapi sepertinya sedang ada yang ditutupi dari seorang SASTRA ANJANI. Aku menaruh curiga pada wanita ini. Jangan-jangan... Ahh.
Tak terasa jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Sastra pun mengakhiri pertemuan itu. Sekaligus ia pamit ingin melanjutkan kuliah lagi.
Di detik-detik perpisahan, Sastra memberikan sepucuk amplop yang berisi surat. Entah surat apa. Hanya saja ia berpesan bukanya nanti setelah ia pergi. Katanya.
Aku mengiyakan. Ku jabati tangannya dan kucium jemarinya. Kamipun saling melempar senyum. GOODBYE...
" Mungkin ketika kamu membuka dan membaca isi surat ini, kamu baru yakin bahwa aku adalah DESTA ANJANI, kekasihmu yang dulu. Sengaja aku datang menemuimu dan pura-pura berkenalan dengan nama yang beda. Aku rindu padamu. Aku ingin melihatmu dan bersamamu walau hanya sesaat.
Jhonny kekasihku, maafkan aku,sebenarnya aku masih mencintaimu. Masih sayang padamu. Tapi aku harus pergi dan turut orangtuaku yang akan bertugas ke negara lain.
Jhon... aku yakin dan percaya, bahwa cinta yang ada di hatimu itu tulus. Tapi sekali lagi ku ucapkan maaf kalau aku tidak bisa bersamamu selamanya.
Jhon... aku hanya bisa berdoa 'tuk kesuksesan dan kebahagian kamu. Kamu laki-laki yang hebat yang pernah aku kenal. Semoga kamu kelak menjadi seniman sejati. Semoga kamu menjadi penulis yang hebat. Aamiin.
Terakhir kata dariku " I LOVE U, JHON "
Salam Sayangku
( Desta Anjani )
Desember '19.( 21;51wib)
Foto by : Pixabay |
DAN AKHIRNYA
Terendap segala laraku
Di peraduan malam sepi
Terhimpit kenangan lalu
Yang membuat sesak nafasku